#KerjaCerdas #KerjaTuntas

Kamis, 7 Maret 2024

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kota Bitung Sulawesi Utara dengan tema “Merawat Kebhinekaan, Menjaga Kerukunan Bersama dalam Keberagaman“. acara ini dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bitung H. Yahya Wahidin Pasiak, S.Ag., MM,. Kagiatan ini adalah kagiatan dialog intern antara organisasi keagamaan Islam terkait dengan kondisi kehidupan beragama dan juga moderasi beragama, peserta yang di undang dalam kegiatan ini adalah para pimpinan organisasi keagamaan, tujuannya apabila terjadi dinamika dalam kehidupan bermasyarakat maka tokoh agama itu menjadi referensi atau contoh pada sikap dan perilaku keagamaanya dan itu ditiru oleh para umat beragama.

Dr. Muhammad Taher Tanggung, M.Si., selaku pemateri dalam kegiatan ini menyampaikan tentu kita semua berharap bagaimana kita bisa rukun, baik intern umat beragama maupun external, itu semua kita sepakat harus menjujung tinggi kerukunan, sebab apapun pangkat jabatan yang kita miliki hari ini kalau kita tidak rukun maka itu tidak ada artinya. sehingga pemerintah dalam membaca situasi sekarang ini kita dalam darurat kerukunan. maka lahirlah namanya revolus mental, ketika revolusi mental itu muncul dan digaungkan oleh seluruh stackholder, maka pemerintah melahirkan konsep moderasi beragama. munculnya moderasi beragama banyak yang menentang karena mereka berfikir, kenapa agama harus dimoderasikan ?, sedangkan agama itu sebenarnya sudah final, dan ada hal-hal yang sangat sakral di dalam agama, itu tidak bisa dirubah, inilah yang menjadi pemikiran bagi sebagain orang tentang moderasi beragama.

dalam ayat Al’Qur-an menjelaskan sesungguhnya Allah Swt menciptakan manusia dari laki-laki maupun perempuan kemudian Dia menciptakan kita berbangsa-Bangsa, dan bersuku-suku, tetapi ternyata Dia itu tidak melihat bahwa ketika anda harus muliah anda harus menjadi salah satu suku yang menurut anda baik, akan tetapi Allah sesungguhnya tidak melihat seperti itu, atau Allah juga tidak pernah melihat bahwa ketika anda ingin masuk surga anda harus berbangsa atau bernegara yang menurut anda baik, ternyata juga bukan itu yang Allah lihat. maka apa yang Allah tekankan dalam ayat Al-Qur’an kepada kita mahluknya bahwasanya Allah tidak melihat suku, bangsa, laki-laki, atau perempuan, tetapi Allah melihat siapa diantara kita yang paling benar ketakwaannya maka itulah orang yang paling mulia.

maka pada hari ini moderasi beragama sebenarnya ingin mengembalikan tujuan agama yaitu menebarkan kemaslahatan, maka kita sebagai umat beragama harus di tengah (wasathiyah), ditengan maksudnya yang kiri kalau dia merasa paling benar maka kita harus peringatkan bukan cuma anda yang benar tetapi disebelah kanan juga dia juga benar. tetapi kalau kita masing-masing punya tafsir pegangan kemudian kita merasa benar dan kemudian menyalahkan tafsirnya orang lain maka sesungguhnya wasathiyah itu belum tertanam di dalam jiwa kita. maka jangan ada kebenaran yang tinggi maksudnya kalau kita paham agama yang ada di dalam hati kita, tetapi ketika kebenaran yang kita pahami didalam hati kita maka jangan juga menyalahkan kebenaran yang di pahami orang lain. jangan misalnya kita hanya baca satu tafsir lalu merasa kitalah yang paling benar kemudian tafsir yang lain salah. kita punya empat imam mashab, semua tidak ada yang saling menyalahkan, “ujar Dr. Tahir.

moderasi beragama dan moderasi agama itu tidak sama, karena agama itu tidak perlu kita moderasi lagi Agama itu sendiri telah mengajarkan prinsip-prisip bagaimana kita harus menghargai orang lain, bagaimana sikap kita melihat duri dijalan supaya orang lain tidak terkena duri, itu maka ada perintah harus menjauhkan duri itu, agar supaya orang lain tidak terkena, sikap-sikap seperti itulah yang haru kita lakukan. maka moderasi beragama itu adalah cara pandang kita, cara kita bersikap, itu moderasi beragama kalau agama tidak perlu dimoderasikan, “Ujar Tahir.

Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh ormas islam yang ada di kota bitung. (Adm/TU) Dokumen


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder